Rabu, 28 Juli 2010

Detail 100 juta Facebooker disebarkan


Detail 100 juta Facebooker disebarkan

Detail pribadi 100 juta pengguna Facebook telah dihimpun dan disebarkan di internet oleh seorang konsultan sekuriti.

Ron Bowles menggunakan suatu program untuk menemukan profil Facebook, dan menghimpun data yang tidak disembunyikan oleh privacy setting si pengguna Facebook.

Daftar, yang telah di-share sebagai file yang bisa di-download, memuat URL setiap profil pengguna Facebook yang bisa dicari, nama serta ID unik mereka.

Bowles mengatakan dia mempublikasikan data yang dia peroleh tersebut untuk menyoroti masalah privasi, namun Facebook menyatakan data itu sudah menjadi informasi publik.

File itu sendiri telah menyebar cepat di seluruh internet.

Di Pirate Bay, situs internet terbesar dunia untuk berbagi file, daftar tersebut telah disebarkan dan di-download oleh lebih dari 1.000 pengguna.

Seorang pengguna, yang menggunakan ID lusifer69, menggambarkan daftar pengguna Facebook itu ''mencengangkan dan agak mengerikan''.

Dalam pernyataan kepada BBC News, Facebook mengatakan informasi dalam daftar tersebut sudah beredar bebas di internet.

''Orang yang menggunakan Facebook memiliki informasi mereka dan berhak untuk berbagi hanya yang mereka kehendaki, hanya dengan orang mereka kehendaki, dan kapan mereka kehendaki,'' kata pernyataan tersebut.

"Dalam kasus ini, informasi yang setujui orang untuk dibuka ke publik dihimpun oleh seorang periset dan sudah ada di Google, Bing, mesin-mesin pencari lain, dan juga Facebook,'' katanya.

''Tidak ada data pribadi yang tersedia atau dibobol,'' kata pernyataan itu.
'Kesimpangsiuran privasi'

Meski demikian, Simon Davies dari lembaga pengawas International mengatakan kepada BBC News bahwa Facebook sudah memberikan banyak peringatan bahwa kejadian semacam ini akan terjadi.

"Facebook semestinya sudah mengantisipasi serangan ini dan menyiapkan langkah untuk mencegahnya,'' kata dia.

"Tidak bisa dibayangkan bahwa sebuah perusahaan dengan ratusan teknisi belum membayangkan penjaringan data dengan skala seperti ini dan ada pendapat yang didengar bahwa Facebook telah bertindak sembrono,'' tambah Davies.

Davies mengatakan penjaringan data memparah ''kesimpangansiuran setting privasi''.

''Orang tidak memahami settings privasi dan ini hasilnya,'' kata dia.

Sebelumnya tahun ini pengguna Facebook melancarkan protes soal kerumitan setting privasi Facebook. Akibatnya, situs itu menyederhanakan kontrol privasi.

Facebook memiliki setting privasi default yangmembuat sebagian informasi pengguna terbuka kepada publik. Orang harus sengaja memilih untuk tidak menggunakan setting default tadi.

"Ini mirip dengan halaman buku telepon. Ini informasi yang tersedia untuk memungkinkan orang saling menemukan, yang merupakan alasan orang bergabung ke Facebook,'' kata jurubicara Facebook.

"Jika seseorang tidak ingin ditemukan, kami juga menawarkan beberapa kontrol untuk memungkinkan orang untuk tidak muncul di pencarian terhadap Facebook, dalam mesin pencari, atau berbagai informasi dengan aplikasi,'' tambahnya.

Namun Davies tidak sependapat dan mengatakan setting default semestinya diubah.

''Ini menekankan alasan untuk memilh tingkat privasi lebih tinggi, dan membuktikan alasan untuk secara default tidak mengungkapkan detail,'' kata dia.

''Ada banyak orang yang marah dan khawatir saat ini yang bertanya-tanya siapa yang memiliki data mereka dan langkah yang mereka sebaiknya lakukan,'' ujarnya.

Namun, Davies menyatakan bahwa insiden penyebaran detail Facebook ini tergolong ''serangan etis'' dan bahwa informasi pribadi, seperti e-mail, nomor telepon dan alamat pos tidak dimasukkan dalam detail yang dijaring.

Tidak ada komentar: