Kamis, 20 Mei 2010

Inna Lillahi Wa Ina Illaihi Roji'un Telah Berpulang ke Rahmatullah Bapak Gesang Martomartono



Pencipta Bengawan Solo berpulang
Gesang Martomartono

Gesang dalam wawancara dengan BBC tahun 2007

Pencipta lagu Bengawan Solo, Gesang Martomartono meninggal dunia dalam usia 92 tahun Kamis setelah dirawat di rumah sakit di kota kediamannya, Solo.

Sejak sepuluh hari lalu Gesang dirawat di rumah sakit dan kondisinya sempat dilaporkan membaik.

Lagu Bengawan Solo, ciptaan Gesang terkenal di sebagian besar Asia, terutama di Jepang.

Pengamat musik Bens Leo mengatakan Indonesia kehilangan maestro keroncong.

"Dia tidak banyak menciptakan lagu tetapi yang menarik lagu-lagunya bisa terkenal di negara lain. Bengawan Solo sangat terkenal di Jepang dan sebelum dia sakit hampir setiap dua atau tiga tahun dia diundang ke Jepang sebagai apresiasi," ujar Bens Leo kepada BBC.

Bens Leo mengatakan Gesang bisa hidup dengan uang royalti lagu Bengawan Solo yang terjual di Jepang.

Selain itu, Bens Leo mengungkap bahwa Gesang baru-baru ini mengeluh soal pembajakan lagu Bengawan Solo di Belanda.

"Lagu itu masuk dalam satu album kompilasi tetapi pengarangnya bukan Gesang. Jika dirilis di Belanda pasti pasarnya adalah Suriname, yang memiliki banyak warga keturunan Indonesia. Saya dengar album itu laku keras di Suriname," kata Bens.
Polusi sungai
Bengawan Solo

Gesang: Bengawan Solo sudah tercemar

Gesang yang lahir tahun 1917 adalah musisi otodidak dan mencari nafkah dengan menulis lagu dan menyanyi di sejumlah acara, termasuk perkawinan dan acara-acara lain.

Pada masa pendudukan Belanda tahun 1940, Gesang yang berusia 23 tahun saat itu menciptakan lagu berirama keroncong dengan menggunakan seruling.

Tukar format AV

Untuk liriknya ia mendapatkan inspirasi dari sungai di kota kelahirannya Solo, Bengawan Solo, sarana vital bagi jutaan penduduk di dua propinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Lagu ini dikeluarkan dalam sejumlah versi dan banyak direkam ulang oleh berbagai artis dunia.

Dalam wawancara dengan BBC tahun 2007 terkait kondisi Bengawan Solo, dia mengatakan kecewa karena sungai itu tidak lagi dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari karena polusi.

"Waktu saya muda, orang-orang di Solo duduk-duduk di pinggir sungai, mandi, bermain-main, atau mancing. Namun sekarang tidak lagi. Banyak ikan mati, karena sungai tercemar, bau," kata Gesang.

Sekelompok veteran Jepang mengatur pembuatan patung Gesang yang ditempatkan di satu taman di Solo, sebagai tanda penghargaan mereka atas lagu yang berhasil menembus lintas budaya di masa perang.

Tidak ada komentar: