Rabu, 28 April 2010

Kendaraan Hipersonik Militer AS, Lenyap

Kendaraan Hipersonik Militer AS, Lenyap

HTV-2, kendaraan hipersonik militer AS

VIVAnews - Militer Amerika Serikat (AS) kehilangan kontak dengan sebuah kendaraan hipersonik eksperimental di Samudera Pasifik. Menurut Turner Brinton dari Space News, DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) kehilangan kontak dengan kendaraan Falcon Hypersonic Technology Vehicle (HTV)-2 sembilan menit setelah diluncurkan.

HTV-2 merupakan pesawat pertama dari serangkaian eksperimen penerbangan. Rencananya, teknologi yang bisa dikerahkan untuk rudal-rudal konvensional jarak jauh di masa depan.

“Kendaraan tersebut diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California, dengan sebuah roket Minotaur 4,” kata Brinton, seperti dikutip dari laman TG Daily, Selasa 27 April 2010.

Dibangun oleh Lockheed Martin Corp., pesawat HTV-2 meluncur di atas Samudera Pasifik dengan kecepatan 20 ribu kilometer per jam selama 30 menit. “Namun, sembilan menit setelah meluncur, DARPA kehilangan kontak dengan pesawat, dan penyebab kegagalan itu belum diketahui,” ujarnya.

Namun, Frank James dari NPR mencatat bahwa dalam masa-masa awal percobaan teknologi pertahanan, proyek militer teknologi tinggi biasanya ditandai dengan sejumlah kegagalan.

“Program angkasa luar AS pada akhir 1950-an juga terdapat kegagalan, jadi tidak heran, tes yang dilakukan militer pekan lalu untuk menguji Falcon dan menguji konsep pesawat hipersonik yang bisa melanglang buana dengan kecepatan hingga 20 kali lebih cepat dibanding kecepatan suara, juga mengalami kegagalan,” ucap James.

“Ide dari teknologi ini adalah menciptakan sebuah pesawat yang bisa mencapai lokasi-lokasi di Bumi dalam hitungan menit,” kata James. (art)

Kamis, 22 April 2010

NASA Tampilkan Foto Matahari Dari Dekat

NASA Tampilkan Foto Matahari Dari Dekat
Gambar matahari secara dekat ini belum pernah disaksikan sebelumnya
Kamis, 22 April 2010, 14:43 WIB
Renne R.A Kawilarang, Harriska Farida Adiati
Foto letupan matahari yang diambil dari satelit NASA (AP Photo/NASA)

VIVAnews - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mempublikasikan foto pertama hasil jepretan sebuah satelit baru yang didesain untuk mempelajari matahari, Rabu 22 April 2010.

Satelit Solar Dynamics Observatory (SDO) mulai menampilkan rangkaian gambar yang belum pernah disaksikan sebelumnya, diantaranya sebuah foto close-up dari permukaan matahari dan gambar beresolusi tinggi dari lidah api matahari.

Satelit SDO diluncurkan pada 11 Februari lalu dengan tujuan memberikan informasi mengenai aktivitas matahari dan memprediksi kemungkinan terjadi badai matahari suatu saat nanti.

"Foto awal ini menunjukkan matahari yang dinamis yang belum pernah saya lihat dalam lebih dari 40 tahun penelitian matahari," kata direktur Heliophysics Division NASA, Richard Fisher, seperti dikutip dari laman harian Herald Sun.

"SDO akan mengubah pemahaman kita mengenai matahari dan proses matahari yang mempengaruhi kehidupan kita dan masyarakat. Misi ini akan memiliki dampak besar bagi ilmu pengetahuan, mirip dengan dampak dari teleskop Hubble dalam astrofisika modern," lanjut Fisher.

Fisher menambahkan, satelit SDO beroperasi dengan sempurna. SDO membawa tiga paket instrumen yang salah satunya dirakit oleh Laboratorium Atmosfer dan Fisika Luar Angkasa. Dua instrumen lainnya dirancang oleh Lockheed Martin di Palo Alto, California.

SDO mengorbit Bumi sekali setiap 24 jam, mengirimkan data secara terus-menerus pada para ilmuwan ahli Matahari. SDO akan mengirimkan gambar dengan resolusi 10 kali lipat lebih baik dari kamera televisi tercanggih.

Situs Liyangan Diperkirakan Permukiman Zaman Mataram Kuno

Dari laman BBC News.com, dilaporakan :

Temanggung (ANTARA) - Situs Liyangan yang ditemukan tahun 2008 di kawasan penambangan pasir Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jateng diperkirakan merupakan sebuah permukiman atau perdusunan zaman Mataram Kuno.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Kabupaten Temanggung, Bekti Prijono, di Temanggung, Rabu, mengatakan, hasil penelitian tim Balai Arkeologi Yogyakarta memperkirakan situs tersebut bukan merupakan candi besr tetapi sebuah perdusunan Mataram Kuno.

Tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin Baskoro telah melakukan penelitian pada 14-20 April 2010 di situs Liyangan.

Dugaan bahwa situs tersebut sebuah perdusunan karena ditemukan sisa-sisa rumah berbahan kayu dan bambu.

Bekti menyebutkan, penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki tiga lubang.

Temuan terakhir yang spektakuler, katanya, berupa rumah panggung dari kayu yang hangus terbakar dan masih tampak berdiri tegak. Satu unit rumah tersebut berdiri di atas talud dari batu putih setinggi 2,5 m.

Selain itu juga ditemukan satu unit rumah kayu lain yang saat ini baru tampak pada bagian atapnya.

Ia mengatakan, tim Balai Arkeologi memperkirakan kedua unit rumah itu merupakan bangunan rumah masa Mataram Kuno. Hal ini berdasarkan pada lokasi yang dekat dengan temuan candi Hindu yang berada di sebelah barat pada jarak sekitar 50 meter.

"Ditemukannya profil klasik Jawa Tengah pada kaki candi diperkirakan candi ini berasal dari abad sembilan Masehi. Diperkirakan bangunan rumah tersebut berada dalam satu kompleks dengan candi dan kemungkinan merupakan satu zaman," katanya.

Secara umum, katanya, potensi data arkeologi situs Liyangan tergolong tinggi berdasarkan indikasi, antara lain luas situs dan keragaman data berupa bangunan talud, candi, bekas rumah kayu dan bambu, strutur bangunan batu, lampu dari bahan tanah liat, dan tembikar berbagai bentuk.

Selain itu, juga diperoleh informasi berupa struktur bangunan batu, temuan tulang dan gigi hewan, dan padi.

"Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks. Indikasi sebagai situs permukiman, situs ritual, dan situs pertanian," katanya.